Cybersastra – Alternatif mempublikasikan karya sastra pelajar


Apa Cybersastra itu? Sebagian kalangan menyebutnya sastra internet. Dalam sejarah sastra banyak ditelaah tentang isi dan corak karya sastra. Tulisan singkat ini menyajikan telaah sastra dari sudut pandang lain, yaitu media yang gunakan dan bagaimana pemanfaatannya oleh pelajar.
Perkembangan Media Sastra
Kita tentu sudah tahu bahwa sebelum abad ke-20 kebanyakan karya sastra beredar dari mulut ke mulut. Inilah yang kita kenal dengan istilah sastra lisan. Setelah manusia mengenal tulisan, sastra diwujudkan dalam berbagai media, misalnya: batu, kayu, logam, daun, dan sebagainya, termasuk kertas. Sejak ditemukannya kertas, lalu mesin cetak dan teknologi penjilidan buku, maka karya sastra dituangkan dalam bentuk tulisan di kertas. Budaya ini masih digunakan sampai sekarang yang kita kenal dengan sebutan sastra tulis. Revolusi besar-besaran di bidang sastra terjadi sejak kertas dijadikan sebagai media karya sastra.
Awalnya kertas tak lebih dari alat pendokumentasian sastra tulis yang selama ini diceritakan dari mulut ke mulut. Namun, penemuan di bidang sastra juga dimunculkan oleh tradisi sastra tulis, yaitu: novel yang berkembang sejalan dengan penemuan buku dan cerita pendek dan puisi berkembang sejalan dengan munculnya penemuan terbitan berkala, koran, tabloid, atau majalah.
Mengapa novel muncul ketika ada teknologi buku? Karena, sebelum ditemukannya kertas dan mesin cetak dan penjilidan buku, sastra diceritakan secara lisan. Untuk memudahkan mengingat, cerita biasanya pendek sehingga mudah diceritakan ulang. Dalam tradisi dongeng yang panjang, selalu ada dua kemungkinan: cerita panjang itu ternyata merupakan cerita berbingkai di mana ada lusinan atau puluhan cerita pendek-pendek di dalamnya (misalnya Kisah Seribu Satu Malam), atau cerita panjang itu dibuat dalam bentuk lirik sehingga lebih mudah dihapal (misalnya Mahabarata dan Ramayana).
Sekarang fungsi internet nyaris sama dengan fungsi kertas di zaman dahulu: para sastrawan baru melihatnya sebagai pemindahan medium dari kertas ke web. Baru sebagai tempat pendokumentasian yang lebih terjamin daripada kertas. Tapi apakah cuma itu? Bukankah media baru ini (internet) mempunyai banyak kelebihan-kelebihan (dan juga batasan-batasan), sehingga seharusnya menawarkan bentuk sastra baru? Namun pertanyaannya, sastra seperti apa yang bisa muncul sejiwa dengan media ini (sebagaimana novel sejiwa dengan buku dan cerita pendek sejiwa dengan terbitan berkala dan lirik sejiwa dengan tradisi lisan?).
Perbedaan sastra internet dan sastra cetak terletak pada medium. Hanya medium, dengan konsekuensi serta resiko yang khas tidak bisa dibandingkan. Justru di titik inilah kita akan kembali pada pesan sastra itu sendiri, yang bisa diwakili dalam ungkapan: “hai dunia, ini aku…”
Bahkan mungkin internet memberi manfaat ganda bagi sastrawan cetak yang ingin menyebarkan karya-karyanya yang sudah dicetak atau dibukukan; semacam promosi atau menyimpan arsip.
Pemanfaatan Cybersastra bagi Pelajar
Bagaimana kalangan pelajar seharusnya memanfaatkan cybersastra ini? Pemanfaatan sastra internet ini bisa dikelompokkan menjadi tiga macam. Pertama, di internet para pelajar bisa dengan mudah mendapatkan berbagai karya sastra untuk memenuhi tugas-tugas dari gurunya. Mereka bisa mendownload ebook sastra kemudian menikmatinya kapan saja. Kedua, melalui internet para pelajar dapat dengan mudah memberikan umpan balik terhadap karya-karya sastra yang dibacanya. Pelajar dapat menulis apresiasinya, penilaiannya, atau kritiknya melalui fasilitas comment. Ketiga, melalui situs-situs yang menyediakan blog secara free, para pelajar bisa mengupload karya-karya yang dihasilkannya. Mereka tidak perlu repot mengirimkan karyanya ke redaksi koran, majalah, atau penerbit buku agar karyanya bisa dibaca masyarakat umum. Beberapa situs cybersastra di antaranya: kumpulan-cerpen.blogspot.com, cerpenkompas.wordpress.com, http://www.gudangpuisi.com, http://www.puisipuisi.com, http://www.puisi.org, dan masih bayak yang lainnya.
Nah, bagi penulis pemula, internet menjadi ajang mencari jati diri dan ruang kepenulisan yang pada gilirannya nanti akan membukukan karya-karya mereka. Cara juga tidak terlalu sulit. Cukup membuat akunt di sebuah server blog gratis, kemudian melakukan beberapa setting untuk menentukan theme dan widget yang akan ditampilkan. Setelah itu lakukan posting tulisan-tulisan yang sudah dihasilkannya.
Langkah terakhir untuk mengundang pengguna internet membaca yaitu memanfaatkan situs-situs jejaring sosial. Saat ini jejaring sosial tidak asing lagi bagi pelajar. Cukup sederhana, dengan menuliskan link pada statusnya, maka semua teman akan mengetahui. Dengan kalimat pendek yang persuasif, maka teman-teman akan terdorong untuk klik ke link tersebut dan mambaca karya-karya yang sudah diposting di blog.
Nah, inilah peranan internet untuk menampilkan karya-karya pelajar. Tertarik membuat blog sastra? Puisi dan cerpen Anda tersaji di internet? Sekarang, marilah kita berkarya! Dan tampilkan ke dunia melalui web blog. Sukses untuk Anda.

By sunarno5 Posted in Esaiku

Leave a comment